HERALD.id, Cianjur – Acep (47) warga Kampung Ading, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Cianjur berhasil membudidayakan Bunga endemik yang sering tumbuh di ketinggian gunung yaitu edelweis atau bunga abadi.
Sudah hampir satu tahun Acep bersama warga setempat mebudidayakan bunga endemik itu di lereng Gunung Gede Pangrango dengan cara stek dan menyemai.
Dalam proses pembudidayaan bunga abadi itu, para pengunjung bisa melihat langsung bagaimana Edelweis bisa tumbuh dan berkembang secara sempurna di kawasan Camping Ground Bobojong, Desa Sindangjaya itu.
“Awal mula tertarik untuk membudidayakan bunga tersebut di lahan yang sempat ramai oleh para pecinta alam untuk berkemah di kaki Gunung Gede Pangrango,” kata Acep yang juga sebagai penggagas budidaya Edelweis, Sabtu (18/12/2021).
Acep mengungkapkan sedih melihat dan merasakan Edelweis di puncak Gede Pangrango yang semakin hari terus menyusut populasinya, karena banyaknya para pendaki yang tak bertanggung jawab. Sehingga Acep berinisiatif untuk membudidayakan Edelweis asli Gede Pangrango itu bersama warga setempat.
“Sedih melihatnya ketika Edelweis di Gede Pangrango terus sedikit dan rusak karena keinjak ulah oknum pendaki. Makanya saya izin langsung ke pihak balai TNGGP supaya bunga tersebut bisa dikembangkan terus di lahan yang aman,” terang dia.
Setelah diberi izin, lanjutnya, ia langsung mengambil beberapa tangkai pohon beserta akar Edelweis untuk dibudidayakan kembali di kawasan Camping Ground Bobojong itu.
Alhasil, awal mula ia menanam hingga menyetek dan menyemaikan biji dari Edelweis tersebut, setelah satu tahun berlangsung ia sukses mengembangkan 15 Edelweis dengan subur dan satu pohon berbunga cantik.
“Kini ada 15 Edelweis yang berhasil tumbuh subur. Bahkan saat ini saya dibantu warga setempat dapat menyemaikan kembali benih bunga abadi itu secara baik di lahan sekitar 400 meter,” tuturnya.
Meski begitu, proses budidaya Edelweis ini juga bukan perkara mudah. Pasalnya, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui serta memakan waktu yang cukup lama.
Mulai dari masa pembibitan, penyemaian, pemberian obat dan pupuk hingga panen memerlukan waktu selama hampir satu bahkan dua tahun.
“Untuk proses pengobatan dilakukan dua Minggu sekali, sedangkan pemupukan bisa tiga bulan sekali, dan itupun saya selalu gunakan pupuk kandang supaya hasilnya lebih bagus,” katanya.
Atas kerja keras bersama warga Kampung Ading inilah, keberhasilan budidaya Edelweis di dataran yang hanya sekitar 1000 meter lebih di atas permukaan laut (mdpl) ke atas itu, bunga abadi bisa tumbuh secara sempurna. (kiw/heraldjabar)