Pria di Kabupaten Bandung Sebut Masalah Sampah Bukan Hanya Tentang TPA, Tapi Pola Pikir dan Kebiasaan Masyarakat yang Harus Dirubah

- News
  • Bagikan

HERALDJABAR – Rendi Rohman (34), pria asal kabupaten Bandung yang menginisiasi masyarakat dilingkungannya agar peduli akan sampah.

Seperti kita ketahui bahwa sampah saat ini menjadi permasalahan bersama, bukan hanya masalah pemerintah saja yang hingga saat ini belum mampu menyelesaikan masalah sampah ini, namun masalah prilaku masyarakat yang juga perlu di berikan pemahaman.

“Masalah sampah ini kan hingga saat ini belum terselesaikan dengan baik, hibgga saat ini sampah masih menjadi masalah dibanyak tempat bukan hanya Jaea Barat, bahkan bukan hanya di Indonesia, ini yang harus kita pahami, karena ini masalah bersama alangkah baiknya kita juga lakukan pembenahan secara bersama, minimal kita merubah pola membuang sampah dulu saja untuk cakupan terkecilnya,” ungkap Rendi.

Ia menyadari bahwa permasalahan sampa dihilir tidak bisa langsung diselesaikan dengan tuntas jika di hulunya tidak dibenahi juga.

“Kalo sekarang dihilirnya pemerintah memikirkan solusinya, artinya ada prilaku dihulunya yang mesti kita benahi juga, dalam hal ini ya pola fikir masyarakatnya,” tegasnya.

Dilingkungan tempat tinggalnya, saat ini, Rendi bersama beberapa rekannya telah menginisiasi gerakan setor sampah non organik, dan melakukan gerakan membuat biopori sampah organik, hal ini bertujuan untuk mengurangi volume sampah rumah tangga ke TPS hingga TPA.

Bahkan dirinya mencoba membuat dan mengelola bank sampah bersama warga komplek pnm residance untuk mengurangi dampak sampah secara langsung dengan menamakan bank sampah dengan nama bank Sampah Mekar Karya (SMK).

“Setelah memberikan sedikit pemaparan terhadap warga terkait pemilahan sampah, alhamdulilah sekarang warga di komplek ini sudah mulai bergerak melakukan pemilahan sampah, termasuk rutin melakukan setoran sampah daur ulang,” ungkapnya.

Menambahkan juga bahwa merubah pola fikir masyarakat terkait tentang masalah sampah ini memang bukan hal yang mudah, pasalnya kebiasaan berpuluh-puluh tahu cara buang sampah tanpa prmilahan itu lah yang butuh waktu untuk merubahnya, maka dari itu harus dari skala kecil yang diharapkan dapat meng influence ke skala yang lebih besar.

“Memang gak gampang ngerubah pola pikir dan kebiasaan seseorang yang udah tahunan bahkan puluhan tahun membuang sampah dengan cara seperti itu (tanpa dipilah), tapi gak gampang kan bukan berarti gak bisa hanya butuh proses dan waktu, contoh nya warga disini yang sangat cepat menerima masukan itu,” tegasnya.

Selain mengumpulkan sampah daur ulang, saat ini dirinya dan beberapa rekannya tengan melakukan penggalian lubang biopori sampah organik di setiap rumah agar sampah organik khususnya yang berasal dari dapur rumah tangga bisa dimanfaatkan juga menjadi kompos,”

Dirinya berharap agar kedepannya juga dilingkungannya dapat menjadi wilayah zero sampah yang dibuang ke tps dan tpa termasuk juga berharap adanya bantuan baik ilmu ataupun alat untuk mengolah sampah residu seperti diapers.

Ditemui diwaktu yang berbeda, salah seorang warga bernama Riki (35) dari PNM Residence 2 desa Cimekar kec.Cileunyi kab.Bandung mengungkapkan bahwa sangat mendukung langkah pengelolaan sampah ini, ini bisa menjadi sumbangsih masyarakat dalam menjaga lingkungannya.

“Saya sangat mendukung gerakan ini, memang sampah ini gak bisa hanya terus dipikirkan di hikirnya saja, harus dibenahi juga di hulunya dan merubah kebiasaan dari masyarakatnya juga, karena dengan sadar lingkungan seperti ini, ini jadi bukti nyata masyarakat dalam menjaga lingkungan dan alamnya,” tutupnya.(*)

Stay connect With Us :
  • Bagikan