HERALDJABAR.ID, BANDUNG, – Tokoh Kunci Perdamaian RI-GAM, Jusuf Kalla (JK), tampil sebagai pembicara dalam acara remembrance of President Martti Ahtisaari di Gedung Bursa Efek Helsinki, Sabtu 11 November 2023, waktu setempat. Kegiatan ini diselenggarakan Crisis Management Initiative (CMI) yg didirikan oleh Almarhum Ahtisaari.
Dalam kesempatan tersebut, JK menceritakan kisah sukses Perdamaian Aceh dihadapan Korps Diplomatik dan Tokoh Internasional. Bahkan kisah sukses Perdamaian Aceh ini, menjadi inspirasi dan hendak dijadikan model penyelesaian konflik diberbagai belahan dunia.
JK menyebutkan sejumlah keistimewaan yang terjadi dalam proses perdamaian RI-GAM. “Yang istimewa dalam perundingan RI-GAM, yaitu Selama perundingan tidak ada gencatan senjata, karena akan dijadikan pihak-pihak bertikai untuk membangun kekuatan baru,” kata JK dalam pemaparannya.
Disaat yang sama, lanjut JK, kedua pihak yang berkonflik harus membatasi diri untuk tidak saling menyerang. Ia juga mengungkapkan beberapa faktor yang membedakan dalam penyelesaian konflik di Aceh. Yaitu saat kedua belah pihak sepakat menandatangani Nota Kesepahaman Perdamaian di Helsinki,.
“Seluruh senjata milik GAM diserahkan kepada Pihak Aceh Monitoring Mission (AMM) yang beranggotan Uni Eropa dan ASEAN, kemudian dipotong dan saat yang bersamaan, personel TNI Non Organik di Aceh, dikembalikan ke Pangkalannya masing-masing,” ungkap Wakil Presiden RI ke 10 dan 12 tersebut.
JK minta Ahtisaari sebagai Fasilitator
Sementara itu, dibagian lain sambutannya Jusuf Kalla menceritakan kisah ia berbicara melalui telepon dengan Ahtisaari pada Desember 2004. Saat itu, Jusuf Kalla meminta kesediaan Ahtisaari menjadi mediator perundingan Aceh.
Namun Ahtisaari minta mandat tertulis. Hari itu Jumat sore, JK mengirim SMS yg mengangkat Ahtisaari sebagai Mediator. Tak lama berselang, Ahtisaari menelpon Kalla.
“Mana mandat tertulisnya Pak Wapres ?” tanya Ahtisaari. SMS kan juga tertulis,” tutur JK yang disambut tawa terbahak oleh undangan.
Akhirnya JK menjanjikan mandat tertulis tersebut pada hari Senin. Ternyata, mungkin karena lupa, hingga ajal menjemput Ahtisaari, mandat tertulis tidak pernah dia terima.
“Yang penting, lanjut JK kita sudah damai. Dan itulah kontribusi terbesar Ahtisaari buat Indonesia. Almarhum adalah sahabat Infonesia. Kami berutang pada almarhum,” tegas JK.
Kini 18 tahun Aceh telah damai, masyarakat terlah hidup berdampingan dengan mantan kombatan GAM. Banyak Negara dan Lembaga Perdamaian di dunia, yang ingin mengambil contoh kisah sukses Perdamaian Aceh tersebut.
Mantan Presiden Filandia tersebut adalah mediator perundingan damai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka pada tahun 2005. Ia pemenang nobel perdamaian tahun 2008. Ahtisaari wafat tiga pekan lalu, tepatnya 16 Oktober 2023.(*)