HERALDJABAR.ID, BOGOR – Afra Sausan Nazirah mahasiswa Sekolah Vokasi IPB yang juga berperan sebagai asisten dosen.
Dengan tanggung jawab di dua bidang, ia harus pintar mengatur waktu agar semuanya tetap seimbang.
Menurut Afra, kunci utama dalam membagi waktu adalah menentukan prioritas
berdasarkan tenggat waktu dan tingkat urgensi.
“Misalnya, jika ada kelas kuliah yang bentrok dengan praktikum, saya akan melihat mana yang lebih penting. Kuliah adalah prioritas utama, tetapi saya tetap berusaha hadir di praktikum
dengan mengatur ulang jadwal,” ujar Afra.
Prinsip ini juga ia terapkan dalam organisasi dan kepanitiaan. Dengan perencanaan yang baik, ia bisa menjalankan berbagai aktivitas tanpa mengorbankan salah satu di antaranya.
Tantangan dan Motivasi sebagai Asisten Dosen
Menjalani dua peran ini tentu bukan hal mudah. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Afra adalah membagi tanggung jawab antara kuliah dan asistensi.
Kedua peran ini memiliki
tuntutan yang besar, sehingga ia harus cermat dalam menyusun jadwal.
“Sering kali jadwal kuliah dan tugas kelompok berbenturan dengan asistensi atau evaluasi praktikum. Jadi, saya harus benar-benar pintar mengatur waktu agar semua tetap berjalan
dengan baik,” katanya.
Meskipun menantang, Afra tetap menikmati perannya sebagai asisten dosen. Baginya, ini adalah kesempatan untuk belajar lebih banyak, mengasah keterampilan, dan memperkaya
pengalaman. “Saya suka mencoba hal baru dan ingin memanfaatkan waktu kuliah sebaik mungkin,” tambahnya.
Dampak Asistensi terhadap Perkembangan Diri
Menjadi asisten dosen memberikan banyak manfaat bagi Afra. Ia belajar berkomunikasi dengan baik, mengatur waktu lebih efektif, dan meningkatkan rasa percaya diri saat berbicara di depan banyak orang.
Asisten dosen menjadikan dia sebagai tempat untuk belajar ke ranah pendidikan yang lebih dalam.
Maka dari itu Afra sangat senang bisa menjadi bagian dari asisten dosen pendidikan agama Islam. Karena pada dasarnya pendidikan itu harus digali sampai dalam agar menjadi
bekal untuk masa depan.
“Saya merasa lebih percaya diri saat mengajar dan berinteraksi dengan mahasiswa. Selain itu,
saya juga belajar untuk lebih sabar dan profesional,” ujar Afra.
Pengalaman ini juga membuka wawasannya tentang dunia pendidikan dan metode pengajaran yang efektif. Ia semakin memahami cara membimbing mahasiswa agar lebih aktif dan mandiri
dalam belajar.
Cita-cita dan Inspirasi dalam Mengajar
Setelah lulus, Afra ingin mengembangkan keterampilan yang dapat menunjang kariernya di industri, seperti komunikasi dan manajemen waktu.
Menurutnya, pengalaman menjadi asisten
dosen tidak hanya bermanfaat dalam dunia akademik, tetapi juga dalam dunia kerja.
Dalam mengajar, Afra terinspirasi oleh Ki Hajar Dewantara. Ia mengagumi filosofi pendidikan yang menekankan kebebasan berpikir dan kepemimpinan yang bijak.
“Prinsip ‘Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani’ sangat relevan dalam membimbing mahasiswa,” ujar Afra.
Dengan semangat dan dedikasinya, Afra Sausan Nazirah menjadi contoh bagi mahasiswa lain yang ingin berkembang di dunia akademik sambil tetap aktif dalam berbagai kegiatan.