HERALDJABAR, SUKABUMI – Langit Sukabumi bergetar pagi itu. Jam di dinding baru menunjukkan pukul 10.13 WIB ketika bumi seolah menggeliat di bawah kaki warga Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Guncangan itu tak lama, hanya beberapa detik, namun cukup untuk membuat dada berdegup kencang.
BMKG mencatat kekuatan gempa mencapai magnitudo 3,0. Pusatnya berada di daratan, tepatnya 46 kilometer tenggara Sukabumi, dengan kedalaman 62 kilometer di bawah permukaan tanah. Tak ada laporan langsung mengenai kerusakan atau korban, namun ketenangan pagi mendadak berubah menjadi kecemasan.
Di warung kopi, percakapan terhenti sejenak. Cangkir yang diletakkan tergesa-gesa mengeluarkan bunyi gesekan halus dengan piring kecilnya. Ibu-ibu yang tengah berbelanja di pasar menoleh ke sekeliling, memastikan tidak ada sesuatu yang runtuh dari rak-rak penuh dagangan. Di sekolah, beberapa anak berlari keluar kelas, meniru gerakan cepat guru mereka yang sigap mengarahkan ke tempat aman.
“Guncangannya tidak terlalu kuat, tapi tetap bikin kaget,” ujar Ridwan, seorang pedagang di pusat kota Sukabumi. Ia masih ingat bagaimana beberapa tahun lalu gempa yang lebih besar sempat mengguncang daerah ini, membuat sebagian warga tidur di luar rumah semalaman, berjaga-jaga jika bumi kembali bergetar.
Kewaspadaan memang selalu menjadi kunci dalam menghadapi gempa. BMKG mengingatkan bahwa gempa dengan kedalaman menengah seperti ini jarang menimbulkan dampak besar, tetapi tetap bisa dirasakan di daerah sekitar episentrum. Warga pun dihimbau untuk tetap waspada dan tidak panik.
Di media sosial, unggahan tentang gempa ini mulai bermunculan. “Baru aja kerasa getaran kecil di Sukabumi, semoga semua aman,” tulis seorang pengguna X. Komentar lain pun mengikuti, beberapa berbagi pengalaman, lainnya mengingatkan untuk tetap waspada terhadap kemungkinan gempa susulan.
Bagi mereka yang pernah mengalami gempa lebih besar, pagi ini hanya seperti pengingat bahwa bumi selalu bergerak. Sukabumi, dengan segala hiruk-pikuk kesehariannya, kembali melanjutkan aktivitasnya. Cangkir kopi kembali diseruput, pasar kembali riuh, dan anak-anak kembali ke dalam kelas, seakan-akan pagi tadi hanyalah jeda singkat dalam rutinitas mereka. (*)