HERALDJABAR, BANDUNG – Di bawah terik matahari di Lapangan Tatag Trawang Tungga, Subang, puluhan tukang becak berkumpul dengan wajah penuh harap. Kamis siang itu, mereka menerima kabar gembira: kompensasi Rp3 juta dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Bukan sekadar bantuan biasa, melainkan bentuk pengganti rezeki yang tertahan akibat kebijakan larangan operasional angkutan organik selama arus mudik dan balik Idulfitri 1446 Hijriah.
“Ini insentif dari Pemprov Jabar sebagai uang kompensasi pengganti yang diberikan kepada para pengemudi angkutan organik karena selama musim mudik dan arus balik Lebaran mereka dilarang beroperasi demi kelancaran arus lalu lintas,” ujar Dedi dalam keterangannya.
Kompensasi ini diberikan dalam dua tahap—Rp1,5 juta sebelum Lebaran, dan Rp 1,5 juta setelahnya—langsung ditransfer kepada penerima. Strategi ini bertujuan agar mereka benar-benar menaati kebijakan dan tidak tetap beroperasi di tengah hiruk-pikuk arus mudik.
Dedi Mulyadi memahami bahwa kemacetan bukan sekadar soal keterlambatan di jalan, tetapi juga berimbas pada ekonomi. “Misalnya, saya tidak mengeluarkan Rp6 miliar (uang kompensasi), tetapi macet sampai tujuh jam, mana yang lebih boros?” tanyanya retoris.
Menariknya, dana kompensasi ini tidak membebani anggaran daerah. Pemprov Jabar memotong belanja perjalanan dinas pejabatnya, mengalihkan yang biasa digunakan untuk keperluan birokrasi menjadi rezeki bagi rakyat kecil. “Biasanya, uang tersebut digunakan untuk keperluan pejabat, tetapi kini diberikan kepada rakyat,” ujar Dedi.
Di Subang, 43 tukang becak telah menerima insentif ini, sementara yang belum akan didata kembali oleh Dinas Perhubungan dan Bank BJB. Kebijakan ini bukan sekadar angka di atas kertas, tetapi bukti nyata bahwa kesejahteraan bisa hadir dalam kebijakan yang berpihak kepada rakyat. (*)
